Dalam tulisan sebelumnya, kita sudah
mengetahui ada tiga cara menyediakan arus listrik yang sesuai dengan
spesifikasi LED. Modul ini sering disebut dengan Power Supply atau LED
Drivers.
Mari kita lihat terlebih dahulu
secara mendalam dalam tulisan ini, keunggulan dan kekurangan menggunakan cara
yang pertama, yaitu menggunakan hambatan
(resistor).
Sesuai dengan fungsinya, resistor adalah komponen elektronik yang
berfungsi untuk menghambat arus listrik, dengan demikian arus yang
melewatinya dapat kita atur berapa besarnya.
Di dalam rangkaian, resistor
dipasangkan seri (bukan
paralel) dengan LED. Besarnya arus yang melewati resistor tersebut dapat kita
hitung dengan menggunakan rumus:
Voltase (V) = Kuat Arus (I) x Resistansi (R)
Dimana satuan yang digunakan adalah Volt
(V) untuk Voltase, Ampere (A) untuk Kuat Arus, dan Ohm (W) untuk Resistansi.
Perlu diingat bahwa saat menggunakan
resistor sebagai pengatur kuat arus listrik yang akan digunakan untuk
menyalakan LED adalah resistor harus
dipasangkan seri dengan LED.
Lalu bagaimana dengan topologi
rangkaian LED paralel dan topologi kombinasi antara seri-paralel? Pada intinya
adalah topologi paralel dan topologi kombinasi antara seri-paralel itu sama
dalam hal perhitungan nilai resistor. Kita akan bahas persoalan ini setelah
kita memahami terlebih dahulu menggunakan resistor dengan topologi seri.
Contoh apabila kita mempunyai listrik
DC (VDriver) sebesar 5V, dan kita ingin mengalirkan listrik ke LED
dengan spesifikasi Forward Voltage (Vf)
= 3V dan Continuous Current (I) =
20mA = 0,02A; untuk selanjutnya kita sebut Vf adalah VLED,
dan I adalah ILED. Perhitungan untuk mencari nilai resistansi
dari resistor-nya:
V = I x R
R = V / I
R = (VDriver –
VLED) / ILED
R = (5V – 3V) / 0,02A
R = 2 / 0,02A
R = 100 W
Jangan lupa, hitung juga berapa Disipasi Daya (P) yang terjadi pada
resistor dengan rumus:
Disipasi Daya (P) = Voltase (V) x Kuat Arus (I)
Dimana satuan yang digunakan oleh
Disipasi Daya adalah Watt (W).
Sehingga dalam contoh perhitungan di
atas, maka kita dapat menghitung:
P = V x I
P = (VDriver –
VLED) x ILED
P = (5V – 3V) x 0,02A
P = 2V x 0,02A
P = 0,04W
Dengan demikian kita dapat
menggunakan resistor dengan kemampuan 0,125W (1/8W) atau lebih, yang penting
nilainya lebih dari 0,04W. Bagaimana kalau kurang dari itu? Maka
resistor akan panas dan kemudian rusak. Jika hal itu terjadi, maka kemungkinan
bisa saja nilai resistansinya berubah (secara otomatis kuat arus listrik akan
mengalir tanpa kendali) bahkan yang lebih fatal adalah terjadi kebakaran.
Ya, tentunya kita sering melihat
contoh perhitungan seperti di atas di banyak halaman di internet. Apakah ada
yang salah? Tentu tidak, secara teoritis di atas kertas itu betul. Namun ada
baiknya bila kita berkutat secara teoritis terlebih dahulu.
Keadaan di atas adalah keadaan ideal,
dalam arti selama besarnya VDriver = 5V maka ILED yang
melewati LED akan tetap bernilai 0,02A atau 20mA. Bagaimana jadinya apabila VLED
nilainya kurang atau lebih daripada 5V? Akankah ILED juga akan tetap
bernilai sama? Mari kita lihat perhitungannya di bawah ini.
Seandainya VDriver = 4V, maka:
ILED = (VDriver
– VLED) / R
ILED = (4V –
3V) / 100 W
ILED = 1 / 100
W
ILED = 0,01A =
10mA
Seandainya VDriver = 6V, maka:
ILED = (VDriver
– VLED) / R
ILED = (6V –
3V) / 100 W
ILED = 3 / 100
W
ILED = 0,03A =
30mA
Dari perhitungan di atas, apabila ILED
= 10mA maka nyala LED akan jadi lebih redup; sedangkan apabila ILED
= 30 mA maka nyala LED akan jadi lebih terang. Jangan keburu senang dulu,
LED yang dinyalakan dengan Kuat Arus melebihi spesifikasinya memang akan jadi
lebih terang, akan tetapi juga usia pakainya akan jadi lebih singkat atau bukan
tidak mungkin LED akan jadi rusak selamanya (tidak dapat digunakan lagi).
LED adalah komponen elektronik yang dikendalikan berdasarkan Kuat Arus,
bukan Voltase! Itu
yang harus ditanamkan baik-baik dalam benak kita saat berurusan dengan LED.
Dalam realitanya, yang harus kita
perhatikan adalah Continuous Current (ILED). Apabila spesifikasi
dari pabrik menyebutkan nilai ILED yang dibutuhkan adalah 20mA, maka
ada baiknya kita memberikan Kuat Arus sebesar 80-90% saja, dalam hal ini
16-18mA. Dan yang perlu diingat lagi, saat diberikan Kuat Arus sebesar 16mA
dengan 18mA, maka Voltase yang dibutuhkan LED bukan lagi 3V melainkan
mungkin 2,7-2,8V; hal ini tidak dapat dihitung secara teoritis melainkan
harus dicoba ke dalam rangkaian menggunakan LED yang akan kita pakai dan diukur
secara langsung dengan menggunakan Voltmeter dan Amperemeter, atau Multimeter
(biasanya gabungan antara Voltmeter, Amperemeter, dan Ohmeter). Rangkaian yang dimaksud adalah rangkaian seperti gambar
di bawah ini dan lebih baik menggunakan Variable Resistor agar lebih mudah
dalam melakukan penyesuaian kuat arus yang dapat kita baca melalui Amperemeter dengan merubah-rubah nilai Variable Resistor.
Prinsip dasar kita menggunakan rangkaian
di atas adalah membuat bagaimana caranya agar kuat arus yang mengalir di
rangkaian tersebut sesuai dengan yang kita kehendaki melalui Amperemeter (A) dengan cara merubah-rubah
nilai resistor, dalam contoh (ideal) adalah 20mA. Setelah itu kita dapat
melihat berapa voltase yang melewati resistor melalui Voltmeter (V) seperti gambar di atas. Dengan demikian kita dapat
mengetahui voltase LED saat diberikan arus 20mA secara nyata, bukan
hanya berdasarkan spesifikasi datasheet
dari pabrik.
Untuk mengukur voltase, Voltmeter harus selalu dipasangkan secara paralel
dengan komponen yang akan kita ukur; dalam gambar di atas adalah cara
mengukur voltase di resistor. Untuk mengukur voltase pada LED secara langsung
menggunakan Voltmeter, kita hanya perlu merubah posisi Voltmeter di antara LED
seperti pada resistor.
Sedangkan untuk mengukur kuat arus,
Amperemeter harus selalu
dipasangkan secara seri dalam rangkaian seperti gambar di atas.
Metode menggunakan resistor sebagai
LED Driver ini bagaimana pun juga, dapat dan tetap layak digunakan dalam
aplikasi yang tidak terlalu penting seperti misalnya penggunaan LED sebagai
indikator suatu alat yang nyala saat alat tersebut dalam kondisi hidup dialiri
listrik.
Ada pun kekurangan alami dari
resistor adalah mengubah energi listrik dari arus listrik yang dihambatnya menjadi
panas. Dan jangan lupa dengan Disipasi Daya yang terjadi pada resistor,
maka tadinya yang dikatakan dengan menggunakan LED dapat irit listrik,
sebenarnya ya belum tentu. Jika dihitung secara keseluruhan, maka energi
listrik yang dibutuhkan dalam kondisi ideal adalah:
PTotal = PResistor
+ PLED
PTotal = 0,04W
+ (3V x 0,02A)
PTotal = 0,04W
+ 0,06W
PTotal = 0,1W
Itu belum termasuk faktor
efesiensi dari LED Driver apabila menggunakan transformer (topologi linear) yang digunakan untuk
menurunkan voltase listrik dari jaringan listrik di rumah (PLN di Indonesia)
sebesar 220 VAC menjadi 5VAC, dengan disipasi daya penyearah dan komponen
lainnya diabaikan (terlalu kecil nilainya). Biasanya efesiensi
transformer adalah 60-80%, maka
total energi listrik yang dipakai berikut transformer
adalah:
P = (1 / Efesiensi
Transformer) x PTotal
P = (1 / 0,6) x 0,1W
P = 0,17W
Jadi total energi listrik yang
digunakan berikut transformer untuk menyalakan 0,06W LED (ideal) berkisar
antara 0,125 (efesiensi transformer = 80%) hingga 0,17W (efesiensi transformer
= 60%). Mengejutkan bukan?
Sekarang kita akan melihat bagaimana
menggunakan resistor pada topologi kombinasi paralel seperti gambar di
atas. Sebenarnya, perhitungan yang dipakai kurang lebih sama seperti pada
topologi seri; kita hanya perlu menghitung nilai resistansi resistor seperti
pada topologi seri, sebab kita menggunakan resistor yang dipasangkan seri
dengan LED. Bedanya adalah konsumsi energi listrik yang digunakan jadi beberapa
kali lipat lebih besar sesuai dengan jumlah rangkaian seri yang akan
kita gunakan.
Kita ambil contoh mengacu pada kondisi
ideal contoh rangkaian seri di atas sebelumnya. Apabila dalam satu
rangkaian topologi kombinasi paralel, terdapat 3 (tiga) buah rangkaian
seri yang diparalelkan, dan setiap rangkaian seri membutuhkan kuat arus
sebesar 20mA. Maka kuat arus secara keseluruhan yang dibutuhkan oleh
rangkaian kombinasi seri dan paralel adalah 3 x 20mA = 60mA dengan voltase yang sama, dalam contoh adalah 5V. Dengan demikian nilai resistansi
resistor yang digunakan dalam setiap rangkaian seri yang diparalelkan
juga sama nilainya, dalam contoh adalah 100 W; begitu pula dengan nilai Disipasi
Daya pada resistor juga akan sama, dalam contoh adalah 0,04W.
Mungkin kita berpikir mengapa tidak
memakai 1 (satu) resistor saja untuk ketiga rangkaian seri yang diparalel
tersebut seperti gambar di atas? Jawabnya adalah memang betul kita dapat
menggunakan 1 (satu) resistor yang mewakili ketiga fungsi resistor dalam
ketiga rangkaian seri yang diparalelkan; yang juga dapat mengatur dan memberikan
kuat arus sebesar 60mA. Hanya saja,
hal tersebut tidak dapat menjamin bahwa ketiga rangkaian seri tersebut
mendapatkan kuat arus yang sama dan
seimbang sebesar 20mA untuk setiap
rangkaian serinya. Untuk itu lebih baik kita menghindari memakai cara ini.
Kesimpulan yang dapat kita ambil
adalah dengan menggunakan resistor mungkin memang mudah dan murah, akan
tetapi tidak dapat mengatasi fluktuasi voltase sumber listrik yang
digunakan dan juga membuang sejumlah energi listrik menjadi panas.
Persoalan panas yang merupakan hasil
transformasi bentuk dari efek samping energi listrik yang terbuang ini memang
suatu hal yang lumrah terjadi pada semua komponen dan alat yang
menggunakan energi listrik. Hanya saja, kita dapat menyiasatinya agar dapat ditekan
seminimal mungkin dengan membuat
design rangkaian yang lebih baik; jika tidak maka yang terjadi bukannya hemat
energi listrik, tapi malah boros energi listrik.
1 comments:
Casino Review - DrMCD
Casino Bonus Codes. The bonuses 당진 출장마사지 at Casinos with Casino Games include 과천 출장마사지 free spins, weekly cashback, 거제 출장마사지 in their best-of-its-kind slots 아산 출장샵 and progressive jackpots, 고양 출장마사지
Post a Comment